DAMPAK PEREKONOMIAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK
DAMPAK PEREKONOMIAN GLOBAL PADA PEREKONOMIAN
DOMESTIK
Kondisi internal dan eksternal AS yang
kurang kondusif menggiring melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro dan
yen sehingga memicu kenaikan harga komoditas internasional seperti minyak, batu
bara, gas alam dan emas. Ketergantungan industri AS akan minyak masih dominan
sehingga menambah deret keterpurukan ekonomi AS. Konsekuensi dari peristiwa
tersebut berdampak pada stagflasi dimana akan terjadi percepatan laju inflasi
global yang mendorong perlambatan ekonomi. Akibatnya tingkat permintaan di
seluruh dunia melemah tanpa kecuali. Negara industri maju mengalami derita
resesi yang parah. Repotnya, derita itu ditularkan dan dirasakan pula pada kita
Indonesia. Jalur perdagangan (ekspor-impor) dan jalur keuangan (arus modal)
adalah pintu masuk mrambatnya krisis global pada ekonomi domestik. Akibat yang
dirasakan adalah ke sektor riil. Apabila dunia bisnis semakin melemah, nantinya
akan menyentuh pada pengangguran dan kemiskinan. Inilah yang menjadi ancaman
terberat bagi sektor riil di Indonesia. Pada tahun 2008, angka Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) telah meningkat. Pada November saja, tercatat sebanyak
66.000 orang yang terkena PHK. Jumlah yang di-PHK ini diperkirakan terus
meningkat pada 2009. Belum lagi krisis juga menghantam organisasi non profit
atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dikarenakan sumber-sumber pendanaan
LSM-LSM di negara selatan berasal dari lembaga donor di negara-negara utara
yang sedang mengalami krisis keuangan. Adanya krisis keuangan yang melanda
negara-negara utara tentu saja akan mengurangi penggalangan dana yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga donor dari negara tersebut. Biasanya lembaga-lembaga donor
dari negara-negara utara menggalang dana dari pajak atau sumbangan sukarela
warga negaranya. Hasil dari penggalangan dana itu kemudian disalurkan ke
LSM-LSM di negara-negara selatan. Sementara di Indonesia, sebagian besar LSM
menerima dana dari lembaga donor yang berasal dari negara Amerika Serikat dan
Eropa. Kelesuan kegiatan ekonomi di kedua kawasan itu tentu saja mempengaruhi
kelancaran pendanaan bagi LSM-LSM di Indonesia. Krisis juga mengakibatkan
merosotnya nilai tukar rupiah, kemerosotan yang tajam atas Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yg mengakibatkan pr investor
menarik dana mrka smua Sektor properti juga terkena imbasnya, krn perbankan
menyetop sementara untuk pemberian kredit sektor properti. Bagi industri
properti pendanaan dari perbankan adlh kebutuhan dana yang vital di samping
mereka mengalokasikan dana internal. Apalagi suku bunga kredit pemilikan rumah
yang naik akibat ditetapkannya suku bunga acuan atau BI rate yg naik juga. Jadi
intinya krisis global membawa dampak yang luar biasa besar bagi Indonesia bahkan
ekonomi pembanguan pd umumnya. Tapi dibalik krisis global tersebut masih ada
faktor-faktor ekonomi yang dianggap “penyelamat bangsa”. Mereka adalah para
pelaku ekonomi yang telah terbukti selama ini memiliki daya tahan yang tinggi.
Komentar
Posting Komentar